Gb. Jineng/Klumpu
Tradisional Desa Bayung Gede, Kec.
Kintamani, Kab. Bangli
Sumber gambar : http://baliluwih.blogspot
Hasil Analisis Berdasarkan Fungsi
Arsitektur “Building Task”
1. Dari
segi Artistik Form :
Bahan
baku bangunan jineng sebagian besar menggunakan bahan baku dari kayu. Arsitektur
bangunan jineng nampak terlihat indah pada bagian atap yang terbuat dari batang
bambu, dipasang secara vertikal dan potongan-potongan bambu tersebut dipotong meruncing simetris dengan
ukuran yang sama disusun berjajar semakin atas semakin meruncing mirib bentuk piramida. Selain itu pada bagian badan jineng dibangun atas tiang-tiang
penyangga yang disusun rapi dengan dinding yang terbuat dari triplek. Secara
umum bentuk tipologi jineng menyerupai rumah panggung dengan jumlah tiang
sebagai kaki penyangga sebanyak empat buah.
2. Dari
segi Container :
Fungsi
jineng secara umum pada masyarakat Bali adalah sebagai tempat untuk menyimpan
hasil panen berupa padi dan biji-bijian yang diletakkan pada bagian atap, maka
dari itu atap jineng dibuat besar dan terdapat ruangan di dalamnya, biasanya
digunakan alat bantu tangga untuk mencapai atap, yang dibuat terpisah dan ada pula yang menyatu dengan bangunan jineng. Bagian badan jineng berbentuk segi empat seperti bale bengong
yang difungsikan sebagai tempat bersantai bagi pemilik rumah.
3. Dari
segi Climatic Modifier :
Bangunan
jineng yang terdapat di Desa Bayung Gede terletak pada daerah dingin,
penggunaan kayu merupakan bahan baku alami yang mudah di dapatkan disekitar
desa, selain itu penggunaan kayu ini juga bermanfaat karena suhu yang dihasilkan akan lebih hangat sehingga
hasil panen dapat terlindungi dari cuaca dan iklim buruk, penataan atap yang
dipasang secara rapat juga berfungsi agar binatang pengerat yang berusaha
memakan hasil panen tidak dapat masuk ke atap tempat penyimpanan hasil panen.
Bagian badan yang seperti bale bengong dibuat terbuka agar pemilik rumah dapat
bersantai bersama dengan keluarganya dimana angin akan dapat terasa sejuk bagi
orang-orang yang sedang beristirahat di jineng.
4. Dari
segi Environmental Filter :
Pengunaan
bahan baku dari kayu dan bambu juga disesuaikan berdasarkan tanaman yang mudah
ditemukan di sekitar daerah Bayung Gede, selain itu penggunaan kayu juga
merupakan aspek pelestarian yang dijaga penggunaannya oleh masyarakat setempat
dan memberikan daya tarik bagi orang di luar Desa Bayung Gede yang juga merupakan
ciri khas bangunan jinengnya dengan atap yang terbuat dari Bambu.
5. Dari
segi Cultural Symbolization :
Simbol budaya
pada bangunan jineng dapat dilihat dari bentuk arsitektur bangunan dan bahan
baku bangunan maupun atapnya. Pengunaan jineng sebagai tempat untuk menyimpan
hasil panen merupakan kebudayaan asli masyarakat Bali dengan penduduknya yang bermata pencaharian sebagai petani. Bahan baku bambu juga melimpah
banyak didapatkan di sekitar daerah Bangli sehingga merupakan ciri khas budaya
dengan menggunakan atap dari bahan bambu. Sebagai contoh daerah lain di Bangli
yang bangunan atapnya terbuat dari bambu adalah di Desa Penglipuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar